Minggu, 27 Maret 2016

Sedih, Renungan Anak Untuk Orang Tua | Setia Yu Ta


Assalamualaikum sobat setia...
Sedikit cerita mengenai kehidupanku di dalam keluarga. Aku memang termasuk tipikal orang yang super cuek, bukan hanya di lingkungan pergaulan sebaya namun
juga di lingkungan keluarga. Bahkan sering ketika aku dipanggil ibu atau ayah tak mengindahkan panggilannya. Aku malah suka mengurung diri di kamar menggambar dan kadang menulis.

Aku tahu pengorbanan mereka, gimana mereka menghidupiku dan mengorbankan segalanya buat aku. Aku tahu itu, namun aku tak menyukai semuanya, aku tak menyukai apa yang dilakukan mereka untuk ku, demi kelangsungan hidupku. Mengapa tak kalian bagi rata saja? Kenapa harus aku saja yang menikmati semua ini? Kenapa hanya aku yang berat badannya naik, tapi mereka malah semakin kurus?

Ya Alloh, aku tahu waktu adalah uang. Namun, aku tak memanfaatkan waktu itu dengan baik malah membuangnya sia-sia.

Ayahku yang bertahun-tahun bekerja sebagai pemulung dan tak seberapa pendapatannya, sanggup menyekolahkan ku sampai aku SMK sekarang ini. Aku salut, aku mungkin tak bisa sehebat dan sehemat ayahku. Aku hanya bisa menghabiskan uangnya, atau bisa dibilang menggerogoti tulang nya. Setiap kali pulang kerja, hanya minum air putih lalu makan siang. Saat itu aku sedikit melihatnya menyantap makanan itu. Dalam hati aku berdoa kepada Tuhan semoga makanan itu tetap membuatmu sehat, ayahku. Setelah makan siang, ia kembali ke sawah mencari rumput untuk sapi. Sapi-sapi ku yang gemuk,hm kadang aku senang melihat sapiku. Namun aku lagi-lagi merepotkan ayah. SPP sekolah yang lumayan membuat ayahku rela menjual sapinya.

Aku selalu berdoa sehabis solat, ringakanlah beban kehidupanku Ya Alloh. Aku juga berusaha, mengumpulkan setiap persyaratan yang diberikan sekolah untuk mendapatkan beasiswa. Sengaja memang, aku tak memberitahu ke ayah ataupun ibu. Aku ingin membuat kejutan

Ketika itu, aku dipanggil wali kelas ke ruang guru. Benar saja, aku mendapatkan apa yang selama ini aku harapkan. Meskipun mendapat hanya setengah dari SPP aku masih bisa bersyukur. Sampai rumahpun aku segera menyampaikan berita baik ini ke ayah dan ibu. Yang aku suka dari ayah, dia berkata kalau syukur alhamdulillah meski hanya setengah yang penting nggak begitu terbebani dari biaya sebelumnya.

Berbeda jauh dengan ibu. Nggak tahu kenapa, setiap aku di omongin sama ibu rasanya telinga ini panas dan gatal. Akupun nggak tahu kenapa ibu nggak bisa seperti ayah yang menerima apapun yang diberikan Tuhan. Aku memang sempat cerita ke ibu, kalau temanku yang sering main denganku mendapat gratis biaya sekolah. Setelah mendengar ceritaku itu, ibu bukannya bersikap seperti ayah eh malah nggremeng kalau semua ini nggak adil.Sempat aku curhat ke Tuhan, siapa sebenarnya yang salah?  Berkali-kali aku meminta ibu untuk ikhlas, eh aku malah dikira anak nggak tau diuntung. Namun, seberapa burukkah ibuku aku tetap menghargainya. 

Pernah waktu itu, ia memasak tumis kangkung. Kondisinya waktu itu aku sudah makan siang di rumah teman karena ada acara sedekah bumi. Kakak yang biasanya di rumah, saat itu sedang tidak ada di rumah. Aku terenyuh melihat makanan itu. Malam harinya, akupun berniat memakan semua tumis yang dibuatkan ibu agar dia senang dan peluhnya ketika memasak tidak sia-sia.

Kenapa ibu melakukannya? Bahkan hampir saja tak berguna. Alangkah lebih baik kau gunakan itu untuk tidur siang. Istirahatlah sejenak. Ayah juga, kenapa ayah hanya tidur cuma sebentar? Lebih banyak tersengat teriknya mentari di siang hari. Sedangkan aku, tiap hari hanya berdiam diri ruangan berAC dan saat itu ayahku lagi berjemur mencari gelas-gelas aqua dibawah matahari sedangkan ibuku lelah pasti momong cucu yang ditinggal kerja sama orangtuanya.

Maafkan aku Tuhan. Betapa liciknya aku? Betapa egoisnya aku? Aku memang memikirkannya, namun apa yang bisa kulakukan? Aku hanya anak kelas 2 SMK yang belum mahir segalanya. Astagfirullah......

***
Orang tuaku semakin menua
Usianya tidak lagi muda
Namun...
Aku masih belum membahagiakan mereka
Aku takut
Ajal malah mendahuluinya
Entah siapa?
Aku si Setia
Ataukah mereka
Semoga saja
Tuhan mempertemukan kita
Memberiku kesempatan lebih panjang
Agar bisa mencapai tujuanku yang sesungguhnya

Setia sayang kalian.





4 komentar:

  1. ih vroh mungkin kita senasip tapi inilah titik terendah kita dan merupakan awal untuk merubah nasib dengan berusaha dan berdoa hingga nantinya kita dapat berada di titik paling tinggi. gk ada kesuksesan tanpa perjuangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iye gan, berhubung kita dah lulus smk nih. saatnya ngasih yang terbaik buat mereka

      Hapus