Panas di siang
hari terusir dengan tetesan air yang sekejap membasahi bumi. Seragam putih
abu-abu ku mulai basah pula. Ku kurangi
laju sepeda motorku dan berhenti di
PLAK!! Suara
tanganku yang menampar tangan Arka terdengar menggema di ruang kelas. Dia memang menyebalkan. Es krim yang
sengaja ku simpan di laci meja dia makan tanpa minta izin terlebih dahulu. Tanpa
perasaan bersalah, dia malah tertawa dan kembali duduk di tempatnya. Kebetulan
bangkunya ada di belakangku. Tak hanya memakan es krim ku, selama mengaji sore itu dia
Minggu , 3 Februari 2014 ( waktu disamarkan ) di sebuah desa yang penduduknya amat rajin dan disiplin, pukul 5 pagi sudah pada cabut kerja. Kecuali si pemuda tampan, bermata sipit, dan berkulit eksotis ( kulit Indonesia gitu ) yang masih berselimut sarung di kamar indahnya yang bernuansa religius karena